Rabu, 12 Februari 2014
Seorang gadis Rohingya yang baru berusia 16 tahun mengungkap kepada Kantor Berita Turki, Anadolu Agency (AA), bahwa dia diperkosa oleh sekelompok polisi dan warga Rakhine setempat. AA menulis pemerkosaan terjadi usai pembantaian etnis yang dilakukan di Desa Du Chee Yar Tan, negara bagian Rakhine, Myanmar.
Sumber AA menyebutkan, setidaknya 50 orang tewas bulan lalu ketika sekelompok oknum dari ekstremis Buddha setempat yang didukung oleh polisi, mengamuk di desa itu. Mereka membunuh orang tua, perempuan dan anak-anak. Setelah kekerasan, sisi barat saluran desa dibakar. Sumber menyatakan bahwa polisi terlibat dalam insiden ini.
Korban meminta AA untuk tidak menyebutkan namanya. Alasannya, remaja Muslimah itu takut kepada Otoritas Myanmar setempat. Dia mengatakan, polisi dan Warga Desa Rakhine mulai menyulut api di barat desa. Setelah beberapa warga Desa Rohingya mencoba memadamkan api, polisi pun menembaki mereka.
Warga memaksa mereka untuk mengungsi ke ladang. Dia melarikan diri dengan ibu dan bibinya ketika polisi menangkapnya dan menempatkannya dalam tahanan. Namun, gadis itu tidak dibawa ke kantor polisi.
"Polisi membawa saya ke tempat pasar antara Du Chee Yar Tan dan desa Rakhine Khayae Myuing," katanya . "Mereka menempatkan saya di sebuah toko kelontong. Semuanya terkunci, " tambahnya.
Pada awalnya, dia mengatakan bahwa polisi berbicara dengannya dan memintanya meninggalkan Islam. Gadis itu diminta untuk pindah ke Agama Buddha .
"Aku bilang tidak, saya menolak untuk murtad," katanya kepada AA. " Mereka kemudian memukuli saya. Saya ditampar, dipukuli dengan tongkat,"kenangnya. Pada titik ini, suaranya mulai serak. Dia kemudian mulai menangis .
"Saya mengingatnya dengan jelas. Tepat sebelum fajar, orang Rakhine pertama masuk. Dia memperkosa saya. Kemudian yang lain datang, satu per satu. Itu empat orang Rakhine, dan tiga petugas polisi," ujar korban sambil terisak. "Satu demi satu," ulangnya.
Kisah tentang penculikan itu dikonfirmasi oleh anggota keluarga gadis tersebut. Keluarga saat ini sedang dalam persembunyian. Keluarganya mengatakan kepada AA, gadis itu belum pernah melihat dokter atau pergi ke rumah sakit karena takut apa yang mungkin terjadi pada mereka.
Bibi gadis itu mengatakan bahwa mereka telah memberinya obat untuk memastikan bahwa dia tidak akan hamil. Bibinya tak mengetahui apa nama pil itu. Kepada AA, dia hanya saja mengatakan, mereka membelinya dari apotek darurat lokal.
No comments:
Post a Comment